Nganjuk – Klenteng Hok Yoe Kiong yang berada di Desa Sukomoro Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk tumbuh sarang semut hitam. Anehnya, semut-semut ini 3 tahun lebih dulu membangun rumahnya, sebelum Klenteng tersebut didirikan.
Secara fisik, bentuk dari Klenteng Hok Yoe Kiong ini tidak berbeda jauh dari klenteng yang ada di indonesia. Hanya saja di klenteng ini ada yang cukup menarik perhatian dan menjadi pembeda diantara klenteng-klenteng yang lain. Pasalnya, di Klenteng ini terdapat sarang semut hitam, yang tingginya mencapai dua meter, dengan diameter mencapai dua setengah meter. Oleh penganut Tri Darma, sarang semut ini dijuluki sebagai Raja Semut dan Dewa semut. Uniknya, Dewa Semut ini merupakan dewa semut satu-satunya yang ada di klenteng di seluruh Indonesia.
Teguh, Kepala Klenteng Hok Yoe Kiong mengungkapkan, sarang semut ini sudah ada sejak tahun 1950, sebelum berdirinya klenteng pada tahun 1953. Pada pembangunan Klenteng, Teguh menambahkan, sarang semut tersebut setinggi 10 sentimeter. Pihak klenteng sempat membongkar sarang tersebut, namun selang beberapa waktu sarang semut ini muncul kembali. “Akhirnya, oleh sesepuh Klenteng disarankan untuk membiarkan saja. Sekarang tingginya sudah hampir 2 meter,” ujar Teguh kepada tim adakitanews.com, Jumat (05/02)
Baca juga : Di tahun monyet api, Yang Cerdik dan Lincah akan Sukses
Lebih lanjut, Teguh menjelaskan, ketika ritual tertentu atau hari besar umat Tri Darma, semut-semut ini akan keluar dari sarangnya. Umat Tri Darma mempercayai, ketika sembahyang di depan rumah semut ini akan mendapatkan berkah dan keinginannya bisa cepat terkabul. “Kami menyebutnya Dewa Semut. Sehingga semut inilah yang kami gunakan simbol klenteng ini,” jelas Teguh
Namun, ketika pengunjung mendekati rumah semut tersebut selain hari besar umat Tri Darma dipastikan tidak akan menemukan semutnya.
Selain Dewa Semut, Klenteng Hok Yoe Kiong juga mengedepankan toleransi agama. Hal ini bisa dilihat dari susunan pengurus klenteng, yang berasal dari berbagai agama yang berbeda, ada yang berasal dari Islam, Kristen, Hindu, dan juga Budha.
“Susunan pengurus ini merupakan simbol Bhineka Tunggal Ika. Hanya saja meski terdiri dari berbagai agama yang berbeda, untuk urusan kerohanian dan seksi ritual, berasal dari Umat Tri Darma. Hal ini agar menjaga keharmonisan antar pengurus, yang sudah lama dibina sejak tahun 2005,” ujar Teguh
Seperti klenteng pada umumnya menjelang tahun baru imlek, Klenteng Hok Yoe Kiong juga berbenah dan membersihkan seluruh areal klenteng serta memandikan patung para dewa.(Jati/zay)
Sumber : adakitanews
Sumber : adakitanews
0 Response to "Klenteng Hok Yoe Kiong, Usia Sarang Semut Yang Lebih Tua Dari Klentengnya"
Post a Comment