Banjir Terjang 15 Desa, Kecamatan Pace terbanyak

NGANJUK –Hujan deras selama lebih dari 10 jam sejak Kamis (11/2) malam sampai dini hari kemarin (12/2) menimbulkan banjir bandang di sejumlah wilayah Nganjuk. Data dari tim search and rescue (SAR), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Nganjuk, setidaknya ada 15 desa yang terdampak. Lebih dari 100 rumah warga terendam dengan ketinggian air bervariasi.
Dampak banjir paling luas terjadi di wilayah Kecamatan Pace. Di wilayah tersebut ada 11 desa yang diterjang banjir. Masing-masing adalah Desa Babadan, Banaran, Bodor, Kecubung, Plosoharjo. Kemudian, Desa Gemenggeng, Pacekulon, Pacewetan, Batembat, Jetis, dan Kepanjen.
Adapun empat desa lainnya tersebar di tiga kecamatan. Yaitu, Desa Putukrejo dan Desa Patihan, Kecamatan Loceret; Desa Kedungombo, Kecamatan Tanjunganom dan Desa Sumengko, Kecamatan Sukomoro. “Dari awal musim hujan, ini yang paling parah,” kata Samsul Hadi, 50, warga Dusun Kedungperes, Desa Kecubung, Kecamatan Loceret yang rumahnya direndam banjir dengan ketinggian air 80 sentimeter itu.
Bahkan, ketinggian air di jalan depan rumahnya yang berbatasan langsung dengan Sungai Bodor mencapai pinggang orang dewasa. Air bah, kata Samsul, mulai masuk ke perkampungan sekitar pukul 20.00. Hingga dini hari kemarin air masih belum surut.
Banjir di kampungnya yang memang dekat dengan Sungai Bodor, kata Samsul, memang rutin terjadi tiap musim hujan. Makanya, dia menyayangkan karena hingga saat ini tak ada upaya serius dari pemkab untuk mengantisipasinya.
Misalnya, dengan memasang tanggul peninggi bantaran sungai. “Seumur hidup saya di sini, belum pernah ada perbaikan sungai,” lanjut Samsul yang Kamis malam lalu sibuk menguras air di ruang tamu dan teras rumahnya itu.
Sri Darmisih, 30, warga yang terkena dampak banjir lainnya di Dusun Semanding, Desa Gemenggeng, Kecamatan Pace mengatakan, baru tahun ini air bah sampai masuk ke rumahnya. Bahkan sejak pukul 20.00, air dengan derasnya masuk ke ruang tamu, kamar tidur hingga dapur.
Sehingga, dia dan keluarganya terpaksa mengungsi keluar rumah sambil mematikan aliran listrik. “Biasanya banjir tidak sebesar ini,” keluh Sri sambil membersihkan air yang mulai surut pukul 01.00 dini hari kemarin.
Melihat banyaknya daerah yang terdampak banjir, Kamis malam lalu tim SAR BPBD dan Tagana langsung menyebar ke sejumlah titik. Mereka terus memantau debit air di sejumlah lokasi.
Hasilnya, lebih dari 100 rumah warga dipastikan terdampak banjir. Air bah masuk hingga ke dalam rumah mereka. Bahkan, ada yang hingga pukul 08.00 kemarin masih belum surut. “Di Desa Putukrejo, Loceret, air lambat surutnya karena posisi tanah dan rumah rendah serta cekung. Sampai pagi ini (kemarin, Red) masih ada sisa genangan,” kata Koordinator Tagana Nganjuk Aries Trio Effendi.
Tim SAR juga mencatat kondisi serupa terjadi di sekitar Desa Putukrejo. Seperti di area persawahan di Desa Kepanjen, Kecamatan Sawahan hingga masuk wilayah Desa Sumengko, Kecamatan Sukomoro.
Kepala Pelaksana BPBD Nganjuk Soekonjono mengatakan, hingga kemarin siang pihaknya masih melakukan update dampak kerugian material dari serangan banjir bandang itu. Berdasarkan pengamatan sementara, sebagian besar tidak sampai menimbulkan kerusakan parah. “Tetapi data masih kami himpun terus, untuk menaksir kemungkinan kerugian materialnya,” terang Soeko.
Selain merendam ratusan rumah, Soeko menyebut banjir menyebabkan sekitar 50 hektare sawah terendam. Tak hanya itu, tanggul Sungai Bodor di Desa Babadan, Kecamatan Pace ambrol.
Sementara itu, meski diperkirakan tak menimbulkan kerusakan parah, kemarin sore Aris Kristiawan, 12, bocah asal Desa Banaran, Kecamatan Pace terseret arus Sungai Bodor yang kemarin malam sempat meluap dan menimbulkan banjir. Hingga tadi malam, tubuh siswa kelas VI SD itu masih dalam pencarian tim SAR gabungan.
Sampai semalam, tubuhnya belum ditemukan dan masih dalam pencarian tim SAR gabungan. Informasi yang dihimpun koran ini, Aris diperkirakan terseret arus sekitar pukul 15.00 kemarin.
Saat itu, sepulang sekolah sekolah Aris dan tiga temannya, yaitu Irfan Dwi Prasetyo, 12; Ahmad Junaedi,11; serta Ahmad Fajar Munir, 11, tengah bermain di tepi sungai yang sedang banjir dan meluap. “Mereka lalu nekat masuk sungai dengan maksud untuk mandi,” kata Kasubbag Humas Polres Nganjuk AKP Wahab Nuryono.
Aris adalah bocah yang pertama kali masuk. Kurang dari lima menit, tiba-tiba kakinya terperosok dan tubuhnya terseret arus ke arah timur. Beberapa teman Aris pun sempat berusaha menolong dengan menggapai tangan Aris. Namun, tak membuahkan hasil. “Teman-teman korban lalu teriak minta tolong,” imbuh Wahab.
Warga setempat kemudian berbondong-bondong ke lokasi untuk mencari Aris. Tak lama kemudian, petugas kepolisian dan tim SAR BPBD Nganjuk yang membawa perahu karet tiba di lokasi untuk menyisir. Namun, hingga pukul 18.30 tadi malam, tubuh Aris belum ditemukan.
Padahal, penyisiran telah dilakukan sejauh 5 kilometer sampai di Jembatan Badug, Tanjunganom. Termasuk penyisiran di pintu masuk ke Sungai Widas di Sukomoro. “Tim masih terus melakukan pencarian. Cukup memakan waktu karena kondisi sungai yang meluap sisa banjir semalam,” terang Soekonjono sembari menyebut pencarian akan dilanjutkan pagi ini. (pas/ut)
Sumber : Radar

0 Response to "Banjir Terjang 15 Desa, Kecamatan Pace terbanyak"

Post a Comment