Warga Pasang Spanduk Penolakan, terkait lapangan desa untuk pembangunan terminal.

Warga Pasang Spanduk Penolakan
NGANJUK-Warga Desa Tembarak, Kecamatan Kertosono tampaknya tak akan begitu saja melepas lapangan desa untuk pembangunan terminal. Setidaknya, sampai kemarin, masih ada dua spanduk besar berisi penolakan penggunaan Stadion Tembarak untuk kepentingan lain, termasuk terminal.
Pantauan Jawa Pos Radar Nganjuk, dua spanduk besar itu ditempel di dinding sebelah barat pintu stadion. Masing-masing bertuliskan “Sampai Titik Darah Terakhir Bumi Stadion Milik-ku” dan “Tak Usaha Main Caplok Ini Bukan Jaman Orba”.
Meski tidak ada tulisan yang jelas menunjukkan penolakan pada pembangunan terminal, menurut sejumlah warga spanduk itu memang terkait dengan rencana pembangunan terminal. “Tidak setuju terminal dibangun di sana,” ujar salah satu warga yang enggan namanya dikorankan.
Informasi yang dihimpun, spanduk tersebut ternyata sudah terpasang di sana sekitar sebulan terakhir. Hal tersebut karena warga belum pernah diajak bicara terkait dengan pembangunan Terminal Kertosono yang rencananya memang akan berlokasi di stadion itu. Hal inilah yang lantas memicu warga untuk melayangkan protes.
Sayang, Kepala Desa Tembarak Reda Issusiati enggan menanggapi penolakan warganya terkait rencana pembangunan terminal itu. Saat ditemui wartawan koran ini kemarin, dia terkesan menghindar. “Jangan saya. Pak Pur (Purwanto, Red) saja,” katanya.
Tim Aset Desa Tembarak Purwanto yang ditemui wartawan koran ini di rumahnya kemarin, sedang tidak ada. Saat dihubungi melalui telepon, Purwanto mengaku belum berani banyak berkomentar. Alasannya, dia harus berkoordinasi dengan pihak desa lebih dulu. “Saya akan tanyakan dulu ke desa,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Nganjuk Bambang Eko Suharto yang dikonfirmasi terkait penolakan warga mengatakan, pihaknya akan mendatangi langsung ke lokasi dan memberikan penjelasan. “Akan kami datangi dan kami ajak bicara,” terangnya.
Bambang mengatakan, penolakan itu mungkin terjadi karena sejumlah faktor. Yang pertama, bisa saja ada anggapan jika seluruh bagian stadion akan digunakan untuk terminal. Padahal, meski akan ditempatkan di stadion tersebut, tak semua bagian stadion akan digunakan.
Melainkan hanya sebagian saja. Makanya, Bambang menyebut pihaknya masih akan melakukan pemeriksaan. Termasuk di antaranya untuk mengetahui bagian tanah mana yang masuk tanah eigendom dan tanah kas desa.
Alasan lainnya, penolakan warga itu menurut Bambang bisa saja muncul karena warga belum memahami maksud dibangunnya terminal ini. Bambang menegaskan, pembangunan terminal ini merupakan bentuk fasilitas untuk masyarakat. “Apalagi warga sekitar juga diuntungkan secara ekonomi, karena pasti ramai kalau ada terminal,” tegasnya.
Meski demikian, Bambang mengaku tak ingin berbenturan dengan warga. Karena itu, dalam waktu dekat bappeda akan memberi penjelasan secara rinci terkait pembangunan terminal ini.
Seperti diberitakan, rencana pembangunan Terminal Kertosono yang gagal dilaksanakan pada 2015 lalu kembali dilanjutkan tahun ini. Alokasi anggaran pun sudah disiapkan. Bappeda juga sudah melakukan kajian. Hasilnya, Stadion Tembarak mendapat skor tertinggi dibanding lokasi lain.
Yaitu, ruang terbuka hijau (RTH) di sudut perempatan Ahmad Yani dan lapangan SSB Puma. Beberapa alasan disebutkan, selain dekat dengan penumpang, areanya juga luas dan berpotensi dikembangkan.
Alasan lainnya, stadion ini berada agak jauh dari turunan jalan layang (fly over) yang akan dibangun melintas di atas perempatan Ahmad Yani. Sehingga, memungkinkan manuver kendaraan akan jauh lebih mudah. (die/ut)
Sumber : Radar

0 Response to "Warga Pasang Spanduk Penolakan, terkait lapangan desa untuk pembangunan terminal."

Post a Comment