Bisa dibilang raja Majapahit paling tersohor adalah Hayam Wuruk. Sebab pada era kekuasaannya, bersama Patih Gajah Mada raja ini konon disebut-sebut meraih kejayaannya dengan mempersatukan Nusantara pada 1350-1389. Arti nama Hayam Wuruk sendiri adalah "ayam yang terpelajar".
Hayam Wuruk adalah putra pasangan Tribhuwana Tunggadewi dan Sri Kertawardhana alias Cakradhara. Ibunya adalah putri Raden Wijaya pendiri Majapahit, sedangkan ayahnya adalah raja bawahan di Singhasari bergelar Bhre Tumapel. Dia lahir tahun 1334. Peristiwa kelahirannya diawali dengan gempa bumi di Pabanyu Pindah dan meletusnya Gunung Kelud.
Penjelasan tentang kelahiran Hayam Wuruk ini tertuang dalam pupuh ke-4 Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca dengan terjemahan Bahasa Indonesia oleh Ketut Riana, S.U sebagai berikut.
"Pada tahun Rttusarena-1256 (1334 masehi) lahirlah baginda yang dinobatkan sebagai raja. Sejak dalam kandungan di Kahuripan telah ada tanda-tanda baginda yang sangat luar biasa, gempa, bumi bergoncang, hujan debu, gemuruh halilintar, kilat bersambung di langit. Gemuruh suara Gunung Kampud bergetar banyak orang-orang yang hina dan jahat mati tak berdaya."
Penggambaran tentang sosok Hayam Wuruk oleh Mpu Prapanca dilukiskan sebagai titisan Dewa Hyang Giri Pati. Dalam Pararaton (Padmapuspita, 1996) dan Kidung Pararaton (Riana, 2007), Hayam Wuruk banyak memiliki gelar sesuai dengan bidangnya.
Pada tahun kelahiran Hayam Wuruk itu pula Sang Maha Patih Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa. Sumpah yang kemudian membawa masa keemasan Majapahit dengan penyatuan Nusantara.
Hayam Wuruk memiliki adik perempuan bernama Dyah Nertaja alias Bhree Pajang, dan adik angkat bernama Indudewi alias Bhree Lasem, yaitu putri Rajadewi, adik ibunya.
Permaisuri Hayam Wuruk bernama Sri Sudewi bergelar Paduka Sori putri Wijayarajasa Bhre Wengker. Dari perkawinan itu lahir Kusumawardhani yang menikah dengan Wikramawardhana putra Bhre Pajang. Hayam Wuruk juga memiliki putra dari selir yang menjabat sebagai Bhre Wirabhumi, yang menikah dengan Nagarawardhani putri Bhre Lasem.
Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk, Majapahit menaklukkan Kerajaan Pasai dan Aru (sekarang Deli, dekat Medan ). Majapahit juga menghancurkan Palembang, sisa-sisa pertahanan Kerajaan Sriwijaya (1377).
Dengan bantuan Mahapatih Gajah Mada, ia menaklukkan Logajah, Bantayan, Gurun Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi, Seram, Hutankadali, Sasak, Luwuk, Mengkasar, Buton, Banggawi, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda), Ambon, Wanin, Seran, Timor dan Dompo.
Hanya sayang, akibat kesalahan langkahnya terutama dalam "Peristiwa Bubat", Gajah Mada dinonaktifkan sebagai patih pada 1357. Namun diangkat lagi jadi patih tahun 1359.
Sumber : Merdeka
Home » Kecamatan ngetos »
Wisata Nganjuk
» Melongok Candi Ngetos Nganjuk, makam Raja Hayam Wuruk Majapahit
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Melongok Candi Ngetos Nganjuk, makam Raja Hayam Wuruk Majapahit"
Post a Comment