Sementara itu, hujan deras selama sekitar delapan jam sejak Kamis (11/2) sore lalu juga membuat debit air sungai di Desa Sumengko, Kecamatan Sukomoro melonjak tinggi. Akibatnya, air meluap hingga ke jalan dan perkampungan. Termasuk ke halaman SMAN 1 Sukomoro (Smakom). Ratusan siswa dipulangkan pagi karena suasana belajar dinilai tak efektif.
Pantauan Jawa Pos Radar Nganjuk kemarin pagi, air setinggi sekitar 20 sentimeter menggenangi halaman Smakom dan bagian sekolah lainnya. Termasuk, areal parkir siswa. Akibatnya, meski air tidak sampai masuk ke kelas, seluruh sepatu siswa basah.
Sebab, sebelum masuk ke kelas mereka harus melewati genangan air yang juga mengepung sekolah mereka. Beberapa siswa yang tak tahan kedinginan terpaksa melepas sepatu dan berjalan ke kelas tanpa alas kaki. “Air meluap sejak pukul 2.30 dini hari tadi (kemarin, Red),” kata Kepala Smakom Ibnu Mudzakir.
Selain menggenangi Smakom, banjir setinggi lutut orang dewasa juga menggenangi lima dusun di Desa Sumengko, Kecamatan Sukomoro. Terkait banjir yang masuk ke sekolahnya, Ibnu mengaku sudah bisa memprediksi sejak awal.
Berdasar pengalaman sebelumnya, jika hujan deras dan berlangsung selama berjam-jam, sekolah mereka terancam tergenang banjir. “Sebenarnya kami sudah lakukan antisipasi, tapi air tetap saja masuk ke halaman sekolah,” lanjut Ibnu sembari menyebut banjir kemarin adalah kali pertama dalam tiga tahun terakhir.
Karena debit air tak juga surut hingga pukul 09.30 kemarin, sekolah memutuskan untuk memulangkan siswanya lebih awal. Sebab, berdasar pantauan sejumlah guru, siswa jadi tidak bisa konsentrasi belajar setelah seragam dan sepatu mereka basah terkena air. “Daripada siswa-siswi bermain air, kami ambil keputusan untuk memulangkan lebih awal,” lanjut Ibnu.
Lebih jauh Ibnu mengatakan, meluapnya air hingga ke perkampungan, termasuk ke sekolahnya, karena saluran air tak bisa lagi menampung. Makanya, agar bencana serupa tak terulang, Ibnu berharap ada solusi dari pihak terkait.
Misalnya, dengan melebarkan atau meninggikan saluran air di sekitar Smakom. Sehingga, bisa menampung air lebih banyak dan tak lagi meluber ke halaman sekolahnya. “Biar anak-anak bisa belajar lebih nyaman,” terang Ibnu.
Sementara itu, meski diperbolehkan pulang lebih awal sekitar pukul 11.00 kemarin, sejumlah siswa justru tak senang dengan keputusan itu. Alasannya, mereka butuh waktu belajar lebih banyak menghadapi ujian nasional (unas) yang sudah di depan mata.
Seperti dikatakan oleh Wahyu Tri Utomo. Siswa kelas XII IPA 3 ini berharap banjir serupa tak terjadi lagi di sekolahnya. Sehingga, proses belajar mengajar bisa kembali normal. “Waktu (unas, Red)-nya semakin mepet. Pulang awal ya justru tidak senang,” kata Wahyu.
Tak hanya dikeluhkan siswa, sejumlah orang tua wali murid juga mengeluhkan bencana di sekolah anak-anak mereka itu. Harsono yang kemarin menjemput anaknya mengaku prihatin dengan musibah banjir di Smakom. “Harusnya ada antisipasi dari sekolah atau pemerintah agar anak-anak bisa tetap nyaman belajar,” kata pria asal Kelurahan Ploso, Kecamatan Nganjuk ini.
Untuk diketahui, bencana banjir di Desa Sumengko, Kecamatan Sukomoro kemarin tak hanya mengganggu aktivitas belajar siswa. Aktivitas warga juga banyak yang terganggu. Sebab, air setinggi sekitar 30 sentimeter menggenangi jalan mereka.
Sejumlah kendaraan harus melintas dengan pelan agar tak terjatuh. Sebagian warga juga memilih tak beraktivitas dan berdiam diri di rumah. Sebab, rumah mereka dikepung banjir. (ik3/ut)
Sumber : Radar
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Kebanjiran, Siswa SMA Sukomoro Dipulangkan pagi"
Post a Comment