“Ohhh..cuma bata ta?” ujar seorang ibu yang baru saja datang di lokasi dekat tangkis Sungai Brantas ini. Seorang teman yang berada di dekatnya pun menimpali. “Ya bata, tapi istimewa, gedi-gedi ngono.” Obrolan pun berlanjut. Mulai membicarakan tentang kapan bangunan candi tersebut ditemukan, hingga rasan-rasan seputar tiga buah arca yang sempat dicuri oleh penggalinya. “Patunge wes ditemokne tapi diamane nek kantor polisi,” ujar seorang pengunjung lainnya.
Tak hanya satu atau dua pengunjung, puluhan pengunjung baik dari desa setempat maupun desa hingga kota lain pun bergantian masuk ke area candi di Desa Banjarsari, Kecamatan Ngronggot yang ditemukan sejak Selasa (26/1) lalu ini. Meski masih berbatas garis polisi, mereka berduyun-duyun karena penasaran dengan bentuk candi yang diperkirakan merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit dari abad 13 – 15.
Lokasi penemuan candi yang terletak di ujung sebuah gang kecil ini memang mendadak ramai. Berubah dari biasanya, gang yang hanya dilewati oleh penduduk sekitar, tiba-tiba padat oleh pengunjung, Motor-motor di parkir di halaman rumah warga dan tanah-tanah kosong. Para pemuda setempat pun mengambil berkah dari keramaian itu. Mereka menawarkan jasa parkir. Setidaknya, kemarin terlihat dua jasa parkir yang terlihat. Mulai di dekat akses masuk gang, maupun di bagian tengah. Semua penuh dengan motor-motor warga yang titip parkir.
Tak hanya itu, ramainya pengunjung ini juga membuat pejual minuman dan es serta mainan yang biasanya magrok di sekolah-sekolah, beralih ke lokasi ini. Mereka sengaja berjualan tak jauh area penemuan candi karena banyak pengunjung yang datang. Setidaknya ada sekitar 12 pedagang yang kemarin berjualan di sepanjang gang ini. “Banyak pengunjungnya, ramai. Makanya ke sini saja,” ujar Warno, salah satu penjual es.
Tak mau ketinggalan, kereta kelinci pun menjadikan lokasi ini sebagai jujukan.
Banyak warga ingin melihat candi di lokasi ini. “Sudah tiga hari ini selalu ramai. Banyak yang datang, tapi kalau parkir, seikhlasnya, tidak dipatok tarif,” ujar Hasan, 25, salah satu penjaga parkir di lokasi itu.
Menurut Hasan, dalam sehari setidaknya ada lebih dari ratusan pengunjung yang datang. Namun menurutnya tidak ada yang berlama-lama. “Lihat terus balik lagi. Sebentar saja,” ujarnya.
Meski demikian, pendapatan dari parkir memang cukup lumayan. Apalagi, meski tidak dipatok tarif, banyak pengunjung yang memberi Rp 2 ribu – Rp 5 ribu sekali datang. “Lumayan. Ya dibuat uang kas desa juga,” papar pemuda asli Desa Banjarsari ini.
Candi sendiri sebenarnya belum terbuka untuk umum. Setidaknya di seputaran areanya masih ada garis polisi yang dipasang melingkar. Namun pengunjung memang bisa menyaksikan candi ini cukup jelas. Hal ini karena lokasi candi berada di bawah sebuah kubangan tanah yang sebelumnya merupakan area penggalian. Dari atas, dengan jarak sekitar 3 meter, pengunjung bisa melihat bentuk candi ini dari semua sudut.
Beberapa bahkan betah berlama-lama di area tersebut untuk berfoto-foto. Mulai dari orang dewasa, hingga anak-anak sekolah. “Pengen tahu seperti apa bentuknya,” ujar Isti, 22, salah satu pengunjung yang jauh-jauh datang dari Tanjunganom.
Sebenarnya, sebelum ditemukan candi ini, area yang berada di bawah barongan atau rerimbunan bambu ini justru dijauhi warga. Salah satunya karena tepat di tempat ini memang dikenal sebagai lokasi yang angker. Sejumlah warga sering ditemui hantu atau semacamnya. Beberapa mengganggu, namun beberapa justru jadi semacam pengingat.
Seperti yang dikatakan Imam Sodiq, 72, salah satu sesepuh setempat. Menurutnya, lokasi ini memang kerap ditemui makhluk halus dalam beberapa wujudnya. “Ada macan (harimau), ada kuda, juga suara wanita,” ujarnya. Para makhluk halus ini biasanya muncul, jika ada yang lewat namun punya kesombongan di hatinya dan tak memperhatikan lingkungan. “Biasanya dipanggil namanya oleh suara wanita. Pernah juga katanya terdengar suara macan mengaum,” ujarnya.
Menurut Imam, ada cerita di lokasi ini dulu pernah dibangun warung. Lokasinya yang teduh sebenarnya cukup nyaman dan cocok jadi warung. Namun pemiliknya mengaku tak betah. Karena itu tak lama kemudian warungnya di bongkar. “Lokasinya ya tepat di atas candi itu. Sering di-petuki (ditemui makhluk halus, Red),” ujarnya.
Namun tak semua menakutkan. Justru, terkadang makhluk di sana juga mengingatkan. Misalnya ada yang mengurus ladang dan kebun di sekitar tangkis sungai Brantas sampai lewat sore hari. Imam mengatakan, biasanya akan terdengar ringkikan kuda yang cukup keras. “Biasanya jam 15.00 sudah pulang, tapi kalau lewat, sampai jam 17.00, terdengar kuda-kuda meringkik. Padahal tak ada yang memelihara kuda di sini,” ujarnya.
Ia berharap dengan ditemukan candi ini, warga bisa ikut menjaga kelestariannya. Karena bagaimana pun juga candi ini merupakan peninggalan nenek moyang dan bisa menjadi berkah bagi desa. “Semoga bisa bermanfaat,” tandasnya. (*)
Sumber : Radar
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Berkah di Balik Penemuan Bangunan Candi di Desa Banjarsari, Ngronggot"
Post a Comment