Nganjuk – Memperingati Hari Pahlawan, 10 November ternyata masih ada pahlawan yang hidupnya memprihatinkan. Sinto,93, sekarang hidup bersama kambing-kabingnya di Desa Gandu, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk.
Sinto merupakan mantan Prajurit Hizbullah pada pertempuran mengusir sekutu 10 November 1945 silam. Sinto sekarang berusia 93 tahun merupakan saksi hidup sejarah perjuangan bangsa ini. Pasalnya, di usianya yang baru 17 tahun beliau sudah berada di baris depan membawa bambu runcing. Di usianya yang sudah lanjut, Sinto masih ingat dengan nama-nama pasukan, Batalyon, nama-nama daerah pertahanan, hingga nama-nama komandannya dalam pertempuran.
“Usia saya pada waktu itu masih 17 tahun ikut pelatihan selama satu bulan di Madiun. Setelah itu saya baru dikirim ke Wonokromo Surabaya,” ujar Sinto kepada tim adakitanews.com, Senin (09/11).
Setelah Belanda pergi dan Pasukan Hizbullah disatukan menjadi TNI, Sinto tidak termasuk menjadi tentara. Pasalnya dia menolak ditugaskan ke luar pulau Jawa. Karena kecewa, Sinto memutuskan kembali ke masyarakat dan bekerja menjadi penarik becak. Sebuah pekerjaan berat karena kaki sinto kondisinya sudah tidak normal akibat terkena pecahan mortir saat pertempuran.
“Tugas sudah selesai, saya memilih kembali ke Nganjuk. Hidup seperti biasa dengan menarik becak, meski kaki sudah tidak kuat karena terkena pecahan mortir, tetap saya jalani,” ujar Sinto
Pekerjaan menjadi penarik becak dilakoni Sinto selama 55 tahun, namun sayang tiga tahun silam becaknya mengalami kecelakan. Bberuntung nyawa Sinto selamat. Akhirnya, Sito bertahan hidup di rumah dari bambu dengan dengan mencari rumput untuk makan kambing peliharaannya.
“Kambing-kambing ini yang menjad hiburan setiap hari saya,” kata Sinto
Sinto mendapat sejumlah penghargaan dan uang pensiun sekira 750 ribu rupiah per bulan dari pemerintah. Namun jumlah itu masih jauh untuk cukup menghidupi dirinya. Meski demikian, Sinto tidak ingin berpangku tangan dan tetap meneruskan perjuangannya bertahan hidup dengan mecari rumput.
Bertepatan dengan Hari Pahwalan, dengan mata berkaca-kaca, Sinto berharap pemerintah mau membantu dirinya memperbaiki rumah yang sudah mau roboh.(Jati/zay)
Sumber : Adakitanews
0 Response to "Warga Bagor, Kisah Tragis Nasib Pejuang 10 Nopember"
Post a Comment