Penulis M. Yus
warga nganjuk 08 agustus 1976 dan saat ini bekerja di Abu dhabi National Oil Company Uni
Emirat arab
Andai kata’ air yang ada di dalam laut itu aku jadikan batangan-batangan emas
Dan aku berikan kepada salah satu hambaku, Maka batangan-batangan emas
Itu tidak pernah cukup bagi hambaku yang tidak pernah tahu rasa berterima
Kasih. ( Hadist Qudsi )
Isu kemiskinan dan pengangguran menjadi isu yang berkembang hangat di Negara kita
Akhir-akhir ini. Angka kemiskinan yang di perkirakan mencapai 46 juta jiwa di tambah lagi dengan
Jumlah pengangguran yang terus meningkat merupakan fenomena yang cukup mengundang keprihatinan kita bersama. Berbagai program pemberantasan kemiskinan yang telah di upayakan oleh
Pemerintah, sepertinya tidak pernah cukup untuk menutup lubang kemiskinan dan pengangguran,
Yang kian lama kian memprihatinkan.
warga nganjuk 08 agustus 1976 dan saat ini bekerja di Abu dhabi National Oil Company Uni
Emirat arab
Dan aku berikan kepada salah satu hambaku, Maka batangan-batangan emas
Itu tidak pernah cukup bagi hambaku yang tidak pernah tahu rasa berterima
Kasih. ( Hadist Qudsi )
Isu kemiskinan dan pengangguran menjadi isu yang berkembang hangat di Negara kita
Akhir-akhir ini. Angka kemiskinan yang di perkirakan mencapai 46 juta jiwa di tambah lagi dengan
Jumlah pengangguran yang terus meningkat merupakan fenomena yang cukup mengundang keprihatinan kita bersama. Berbagai program pemberantasan kemiskinan yang telah di upayakan oleh
Pemerintah, sepertinya tidak pernah cukup untuk menutup lubang kemiskinan dan pengangguran,
Yang kian lama kian memprihatinkan.
Yang lebih menarik lagi, isu kemiskinan dan pengangguran telah di jadikan bola panas nan liar
Oleh para kelompok elit politik untuk menuding atas ketidak pecusan pemerintahan Sby-Kalla.
Lalu ada pertanyaan yang cukup logis untuk kita pertanyakan ?
Kalau bukan kesalahan pemerintah lalu kesalahan siapa ? Inilah benang kusut dan hitam yang
Seharusnya kita fahami bersama bahwa “ jauhnya cita-cita dan harapan bangsa kita untuk
Mencapai kemakmuran dan kesejahteraan sosial merupakan kesalahan kolektif bangsa.
Marilah kita coba cermati dan kita renungkan,
Laporan dari majalah forbes tentang meningkatnya pertumbuhaan milyader Indonesia yang menurut
Hemat saya tidak dapat di jadikan indikator akan membaiknya perekonomian Indonesia.
Demikian pula laporan menteri agama Maftuh basyuni yang menyatakan bahwa jumlah jamaah haji Indonesia jauh lebih besar dari jumlah jamaah haji dari 22 negara arab yang berkisar 100.000 orang
Sementara jumlah jamaah haji Indonesia mencapai 210.000 orang.
Lantas apakah dengan banyaknya jamaah haji Indonesia ini mencerminkan kemapanan ekonomi
Serta mencerminkan kecerdasan dan kematangan umat dalam mengaktualisasikan ajaran-ajaran
Agama ? tentu jawabnya tidak ! Saya melihat inilah penyakit kronis yang di hadapi bangsa kita
Saat ini. Meningkatnya pertumbuhan milyader di Indonesia serta besarnya jumlah jamaah haji Indonesia bukanlah cerminan akan kemapanan sebuah bangsa bukan pula cerminan akan kesolehan umat ini dalam beragama. Saya melihat realitas ini merupakan ekses dari pola pengajaran para tokoh agama yang cenderung mengarah kepada kepuasan dan kepentingan individu.Seolah-olah surga hanya dapat kita beli dengan menjalankan ibadah haji. Demikian pula, ulah para agen penyelenggara
Haji yang begitu giat beriklan dan berlomba di media masa untuk merekrut calon jamaah haji. tak ubahnya seperti sekelompok malaikat yang sedang menjual surga. Maka pantas laporan yang di sampaikan dalam lokakarya penyelenggara haji Indonesia melaporkan bahwa” Tidak sedikit para jamaah haji Indonesia yang berpendidikan rendah,kurang pengalaman, lugu dan tidak sedikit yang tidak tahu huruf arab.
Dan inilah yang saya maksud sebagai penyakit kronis yang di hadapi bangsa kita.
Para pejabat mengelola Negara seperti mengelola miliknya sendiri. Mengambil uang rakyat
Seperti mengambil uangnya sendiri. Menindas dan menipu rakyat tanpa merasa salah dan dosa.
Yang beriman mencari surga dengan status dan gelar haji.
Penyakit ketidak puasan hidup ini melanda dalam kehidupan kita. Dan orang yang dilanda penyakit ini
Akan merasa kurang untuk diri sendiri apalagi harus di bagikan dan di distribusikan kepada dan untuk orang lain. Marilah kita renungkan apa yang pernah di tegaskan oleh Rosululloh bahwa” Manusia
Miskin adalah orang yang tidak pernah merasa cukup untuk memenuhi kebutuhanya sendiri”
(HR Bukhori-Muslim). Demikian pula ketegasan Tuhan dalam suroh Alma’un “ Bagi orang yang tidak memiliki kepedulian terhadap orang miskin,orang lemah dan anak yatim sama artinya telah mendustakan agama.
Dengan demikian, saya ingin menggaris bawahi bahwa “ Sesungguhnya kita umat islam
Memiliki identitas yang satu,kita bagaikan tubuh yang satu,seperti isyarat yang di tegaskan Nabi
SAW: Umat islam bagaikan satu tubuh,yang apabila sakit salah satu tubuhnya, maka seluruh tubuh
Akan merasakan dampaknya. Jika melihat fakta yang terus meluas, maka setiap umat wajib tanggap
Terhadap fenomena ini. Jutaan bangsa kita masih hidup dalam kemiskinan, yang tidak lain mereka
Adalah saudara kita sendiri.Marilah kita wujudkan kesolehan sosial kita dengan ikut peduli terhadap
Keadaan mereka. Sebuah kesolehan dan sifat agung yang semakin hari semakin hilang dari
Kamus kehidupan kita hari ini.
0 Response to "Ketidak Puasan Hidup"
Post a Comment