Sementara itu, banjir bandang besar yang melanda 15 desa Kamis (11/2) malam lalu akibat meluapnya Sungai Kalibodor di Kecamatan Pace, dipastikan tidak membawa dampak kerusakan parah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nganjuk dan tim gabungan tanggap bencana lainnya mencatat, banjir hanya membawa kerusakan ringan pada salah satu titik tanggul Kalibodor. Kemudian, membuat sekitar 30 hektare tanaman padi terendam.
Adapun sekitar 100 rumah warga yang sempat terendam banjir, disebut tidak sampai mengalami kerusakan. Kepala Pelaksana BPBD Nganjuk Soekonjono mengatakan, sampai kemarin tim relawan lintas instansi dan warga desa masih bahu-membahu menambal titik kerusakan tanggul selebar 3 meter di sisi utara sungai Kalibodor di Desa Babadan, Kecamatan Pace.
Biaya tanggap darurat untuk keperluan teknis dan bahan baku penambalan darurat itu sebesar Rp 10 juta. “Pakai karung pasir. Untuk pembangunan tanggul permanen nanti menunggu Dinas PU (Pekerjaan Umum, Red) Pengairan,” urai Soeko.
Soeko mengatakan, pihaknya sengaja mendahulukan penambalan tanggul. Sehingga, lubang tanggul yang jebol bisa segera tertutup. Pertimbangannya, sampai akhir Februari nanti curah hujan di wilayah Nganjuk diperkirakan masih tinggi. “Kalau keburu kena hujan lebat lagi, nanti bisa banjir lagi karena tanggul masih berlubang,” terang Soeko.
Selain tanggul sungai, BPBD juga mencatat potensi kerusakan tanaman padi seluas sekitar 10 hektare. Lokasinya menyebar di beberapa desa dan terbanyak berada di wilayah Kecamatan Pace. Adapun 20 hektare tanaman padi lainnya yang terendam tak sampai mengalami kerusakan.
Sampai kemarin, Soekonjono mengaku belum bisa menaksir angka kerugian material akibat serangan banjir bandang tersebut. Sebab, proses pendataan dan pengecekan kondisi tanaman padi di lapangan melibatkan tim dari Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk.
“Sampai saat ini (kemarin, Red), kami masih menunggu laporan hasil pendataan itu,” lanjut Soeko. Jika memang sudah ada angka kerugian material petani akibat bencana banjir, kata Soeko, salah satu sumber dana bantuannya bisa diambil dari dana tanggap bencana.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Nganjuk Agus Soebagijo mengatakan, hasil laporan tim yang turun ke titik-titik lokasi banjir yang sempat merendam sawah padi memang baru terkumpul lengkap dan tervalidasi pagi ini. Setelah data terkumpul, baru akan diketahui nominal angka kerugian dari tanaman yang rusak.
Terkait kemungkinan mendapat uang ganti rugi, Agus menyebut bisa melalui program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) milik Kementerian Pertanian RI. Nilai klaimnya sampai Rp 6 juta per hektare.
Syaratnya, petani harus sudah lebih dahulu mendaftar atau ikut program asuransi tersebut. Menurut Agus, petani padi yang belum terdaftar AUTP dan terkena dampak banjir, terpaksa tidak bisa mendapat bantuan pengganti tanamannya yang rusak. “Karena itu kami dorong para petani untuk bergabung asuransi,” kata Agus. (pas/ut)
Sumber : Radar
Sumber : Radar
0 Response to "Banjir Rusak Tanggul Sungai dan Tanaman Padi"
Post a Comment